Wednesday, April 13, 2011

LEBIH DARI KEINGINAN MEMASANG KEMAH

(Matius 17:1-9)

Buat apa kamu membicarakan rahasia Allah Tritunggal dengan kata-kata canggih kalau kamu tidak rendah hati, sehingga menyebabkan kemurkaan Allah? Alasan-alasan yang serba rumit tidak membuat orang menjadi kudus serta berkebajikan, sedangkan hidup yang baik membuat ia disayangi Allah. Aku lebih suka merasakan penyesalan dalam hatiku daripada menjelaskan perasaan itu dengan kata-kata. Seandainya kamu hafal seluruh Alkitab serta tulisan-tulisan para cendekiawan, apa gunanya bagimu kalau tidak disertai kasih karunia Allah? (De Imitatione Christi)

De Imitatione Christi adalah karya klasik yang paling digemari. Pada akhir abad ke-15 karya ini sudah mengalami cetakan ke-99 dan sekarang sudah melampaui cetakan ke-2000. Pandangan-pandangan yang dikemukakan adalah pandangan-pandangan kerohanian Kristen pada umumnya. Karya tersebut mengandung ajakan untuk mawas diri, rendah hati, menyangkal diri, disiplin, mempercayakan diri kepada Allah, dan mengasihi-Nya.

Sebagai pengikut Kristus di masa kini, tidak perlu diragukan lagi bahwa kita mengetahui “Yesus sebagai Anak Allah”, yang kemudian membuat kita ingin mempertahankan kemuliaan Yesus sebagai Anak Allah. Apakah cukup sampai di sini? Apakah selama ini kita telah menyadari adanya konsekuensi tuntutan di balik “Yesus sebagai Anak Allah”? Kita tergoda untuk mempertahankan kemuliaan Yesus, sama seperti Petrus yang diceritakan dalam perikop Matius 17:1-9, yang tergoda mempertahankan kemuliaan Yesus dengan memasang kemah, yang berarti berhenti dan tinggal dalam kemuliaan Yesus sebagai Anak Allah. Padahal, kekristenan lebih dari sekadar jaminan rasa aman dan tawaran fasilitas untuk menikmati kemuliaan rohani belaka. Lalu apalagi? Apa yang melebihi hal itu?

Resapi kata demi kata dari De Imitatione Christi… Temukan makna yang jauh melebihi keinginan untuk “memasang kemah”…



Madiun, 5 Maret 2011


ChiaChara

No comments:

Post a Comment