Wednesday, April 13, 2011

Kedamaian (akan) Bersamamu...

(Yohanes 14:23-31)


Pada ayat yang ke-23, menarik untuk memperhatikan kata “mengasihi”, walaupun perkataan Yesus ini sudah disampaikan sebelumnya sebanyak dua kali dalam perikop yang sama (ayat 15 dan ayat 21). Apabila merujuk pada bahasa aslinya, yakni bahasa Yunani, maka kata “mengasihi” di sini menggunakan kata agape, bukan philia, ataupun storge. Apa artinya jika digunakan kata agape di sini? Apa itu agape? Kasih yang tulus, yang murni, kasih yang tidak mengharapkan imbalan/balasan, kasih yang tidak lekang oleh waktu, tidak pernah berkesudahan, seperti kasih yang diberikan Allah pada umat manusia. Apakah manusia mampu mengasihi Yesus dengan kasih agape, seperti yang telah Yesus katakan tersebut? Manusia sebenarnya mampu untuk melakukannya, walaupun sukar. Mengapa sukar? Yesus memahami, Yesus mengerti apa yang menjadi pergumulan manusia, termasuk perihal sukarnya mengasihi diriNya dengan kasih agape. Apa yang menunjukkan bahwa Yesus memahami dan mengerti mengenai kesukaran yang dialami manusia ketika mengasihi diriNya dengan kasih agape? Pada ayat ke-23, digunakan kata “jika”. “Jika” di sini merupakan sebuah pengandaian. “Seandainya manusia mengasihi Aku”. Seandainya manusia berhasil mengasihi Yesus dengan kasih agape, maka wujud konkrit seperti apa yang seandainya akan dilakukan oleh manusia? “Ia (manusia) akan menuruti firmanKu”. Jadi, menuruti firman Tuhan merupakan wujud konkret dari sikap mengasihi Yesus. Kalau diperbandingkan dengan bunyi ayat yang berikutnya, yakni ayat yang ke-24, maka dapat dilihat perbedaan yang mendasar. Dikatakan pada ayat tersebut, “Barangsiapa tidak mengasihi Aku (Yesus), ia tidak menuruti firmanKu”. Mengapa tidak digunakan kata “akan”? Manusia dapat dikatakan, dapat dinilai tidak mengasihi Yesus, karena perbuatan yang ditunjukkannya adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan firman, tidak menuruti firman.  Padahal firman yang didengar manusia adalah firman dari Bapa yang mengutus Yesus.

Ayat yang ke-25 menunjukkan bahwa Yesus telah berupaya untuk yang kesekian kalinya dalam mempersiapkan murid-muridNya sebelum diriNya pergi meninggalkan mereka. Apa yang dijanjikan Yesus bagi murid-muridNya? Penghibur, yaitu Roh Kudus. Mengapa Yesus menjanjikan Penghibur? Bukan yang lain? Bayangkan saja ketika kita ditinggal pergi jauh oleh sahabat dekat, atau oleh saudara, atau oleh pacar, atau ditinggal orangtua. Pasti kita merasakan sedih, bahkan barangkali kesedihan yang mendalam dan berkepanjangan. Biasanya mereka dekat dengan kita, dapat berbincang dengan kita, dapat merangkul atau memberikan pundak ketika kita sedih dan menangis, dapat mendengarkan keluh-kesah kita, dapat menasehati kita, dll. Kini semuanya itu hanyalah kenangan, karena mereka telah pergi jauh. Demikian halnya dengan yang dialami oleh murid-murid Yesus. Tiga tahun bersama-sama dengan Yesus, hidup mengikut Yesus, dekat dengan Yesus. Mereka pasti merasa sedih, gelisah, juga mengalami kegentaran hati. Itu sebabnya Yesus menjanjikan Penghibur bagi mereka. Yesus tahu apa yang diperlukan murid-muridNya, Yesus bukan menjanjikan apa yang mereka inginkan, tetapi Yesus menjanjikan apa yang mereka perlukan, yakni Roh Kudus. Roh Kudus akan mengajarkan segala sesuatu dan Roh Kudus juga akan mengingatkan perkataan-perkataan Yesus pada mereka.     

Yohanes menggunakan kata kosmos (“dunia”) sebanyak 78 kali dalam Injilnya. Kadang-kadang istilah itu hanya menunjuk pada dunia dalam pengertian yang netral, tanpa adanya penilaian. Namun pada ayat 27, istilah tersebut memiliki pengertian yang negatif. “Dunia” menunjuk pada semua kuasa (termasuk kuasa keagamaan yang melekat dengan budaya) yang tidak hanya bertentangan dengan Firman Allah tetapi juga melawan Allah. ”Dunia” merepresentasikan hubungan-hubungan di mana pun yang tidak memberikan tempat bagi Firman Allah untuk tinggal. “Dunia” merepresentasikan kuasa-kuasa sosial dan budaya dalam masyarakat yang tidak hanya telah mengorganisasikan diri mereka tanpa Allah, tetapi juga mengacu pada agama sebagai suatu cara untuk memperkokoh perlawanan. Definisi-definisi tersebut cukup mewakili maksud Yesus mempertentangkan apa yang “dunia” berikan bukanlah seperti yang Yesus berikan, yakni “damai sejahtera”.

Apa itu damai sejahtera? Bagaimana caranya agar kita dapat merasakan damai sejahtera pemberian Yesus?

(1) Yesus telah menjanjikan Roh Kudus sebagai Penghibur bagi murid-murid, bagi manusia. Dalam bahasa aslinya (bahasa Yunani) digunakan kata “parakletos” yang berarti Penolong. Roh Kudus yang adalah Penghibur, Penolong, akan mengajarkan segala sesuatu dan akan mengingatkan semua perkataan Yesus (ayat 26). Apa saja perkataan dan ajaran Yesus bagi manusia? Damai sejahtera pemberian Yesus dapat kita rasakan apabila kita bersedia membuka diri kita pada Roh Kudus yang adalah Penghibur, maupun Penolong bagi kita, apabila kita bersedia untuk diingatkan pada semua perkataan ataupun ajaran Yesus.

(2) Yesus mengatakan, “Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Mengapa Yesus berkata demikian? Yesus mengetahui dan memahami bahwa murid-muridnya saat itu gelisah dan gentar. Demikian halnya dengan kita di masa kini. Siapa sich yang sama sekali tidak merasa gelisah ataupun gentar dalam hidupnya? Tidak seorang pun yang dapat menghindari kegelisahan maupun kegentaran. Namun, apakah manusia tidak memiliki kontrol atas kegelisahan maupun kegentaran yang dialaminya? Manusia memiliki kontrol terhadap itu semua. Manusia dapat memilih untuk tetap membiarkan kegelisahan dan kegentaran merasuki kehidupannya, ataupun manusia memilih mengusir kegelisahan dan kegentaran dalam hidupnya. Apa buktinya manusia memiliki kontrol untuk memilih tidak gelisah dan gentar hati? Buktinya Yesus mengatakan “Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Kata “jangan” biasanya identik dengan sebuah larangan. Ketika Yesus berkata demikian, itu berarti kita memiliki kemampuan untuk mengaktualkannya, hanya saja kemampuan tersebut tidak akan berarti apa-apa apabila tidak didukung oleh kesediaan diri.



Madiun, 5 Februari 2011


ChiaChara

No comments:

Post a Comment